BAB I
A. Pengertian
Hipertensi adalah Kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar
30 mmHg/lebih atau kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg diatas tekanan dasar. Peningkatan
MAP > 20 mmHg/ jika tekanan darah sebelumnya tidak diketahui, MAP sebesar
105 mmHg.
Eklampsia yaitu terjadinya konvulsi atau koma pada klien
disertai tanda dan gejala preeklampsia, Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa
didahului gangguan neurologis.
Istilah
eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata
tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan
tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Diketahui bahwa eklampsia pada
umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda
pre-eklampsia. Pada wanita yang yang menderita eklampsia timbul serangan
kejangan yang diikuti oleh koma.
Pada penderita pre-eklampsi berat timbul konvulsi bisa diikuti oleh koma.
Menurut saat timbulnya dibagi dalam :
Pada penderita pre-eklampsi berat timbul konvulsi bisa diikuti oleh koma.
Menurut saat timbulnya dibagi dalam :
a.
Eklampsia gravidarum (50%)
b.
Eklampsia parturientum (40%)
c.
Eklampsia puerperium( 10%)
B. Etiologi
Sampai
saat ini, etiologi pasti dari eklampsia belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba
menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini
sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun
teori-teori tersebut antara lain :
v Peran
Prostasiklin dan Tromboksan
v Peran
faktor imunologis
v Beberapa
studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsi.
v Peran
faktor genetik /familial
v Terdapatnya
kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari
ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
v Peran
renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
C. Pathofisiologi
Pada
eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat
dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasmus, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik sebagai usaha
untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat
dicukupi.
Sedangkan
kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang berlebihan
dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin disebabkan oleh
retensi air dan garam,proteinuria mungkin disebabkan oleh spasmus Arteriola
sehingga terjadi perubahan glomerulus.
Perubahan
pada organ-organ:
1.
Perubahan pada otak
Pada
eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh
darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan kelainan serebral dan
kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2.
Perubahan pada rahim
Aliran
darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan meningkat maka terjadilah partus prematurus.
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan meningkat maka terjadilah partus prematurus.
3.
Perubahan ada ginjal
Filtrasi
glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini menyebabkan filfrasi
natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam
dan air. Filtrasi
glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut
dapat terjadi oliguria dan anuria.
4.
Perubahan pada paru-paru
Kematian
wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh edema paru. Ini
disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspires
pnemonia. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
5.
Perubahan pada mata
Dapat
ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Pada eklampsi dapat
terjadi ablasio retina disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah
penderita berat yang merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan.
Suatu gejala lain yang dapat menunjukkan arah atau tanda dari pre-eklampsi
berat akan terjadi eklampsi adalah adanya: skotoma, diplopia, dan ambliopia.
Hal ini disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks
serebri atau dalam retina.
6.
Perubahan pada keseimbangan air dan
elektrolit
Pada
pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik sementara asam
laktat dan asam organik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun.
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai
zat-zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik
sehingga terbentuk bikarbonat natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat kembali pulih
normal.
D.
Manifestasi Klinis Eklampsia
Pada umumnya kekejangan didahului oleh makin memburuknya
preeklampsia dan
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan
penglihatan,mual, nyeri epigastrium,hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak
segera diobati, akan timbul kejang terutama pada persalinan.
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat :
1.
Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata
terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala
dipalingkan kanan atau kiri yang berlangsung kira-kira 30 detik.
2.
Stadium kejang tonik
Seluruh
otot badan jadi kaku,wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke
dalam, pemafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit.
Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3.
Stadium kejang klonik
Semua
otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka
kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang kronik berhenti dan penderita tidak
sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
4.
Stadium koma
Lamanya
ketidaksadaran (koma) terjadi beberapa
menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru
dan akhirnya wanita tetap dalam keadaan koma. Selama serangan tekanan darah
meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40°C.
Komplikasi
saat serangan
adalah :
v Lidah
tergigit
v Terjadi
perlukaan dan fraktur
v Gangguan
pernafasan
v Perdarahan otak
v Solutio
plasenta
v Merangsang
persalinan
E.
Komplikasi Eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin.
Usaha utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia
dan eklampsia. Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia
berat dan eklampsia.
a.
Solusio plasenta.
Komplikasi
ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia.
b.
Hipofibrirngenemia
c.
Hemolisis.
Penderita
dengan pre-eklampsi berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis
yang dikenal karena ikterus.
d.
Perdarahan otak.
Komplikasi
ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
e.
Kelainan mata.
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang
berlansung sampai
seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina hal ini merupakan tanda gawat
akan terjadinya apopleksia serebri.
f.
Edema paru-paru.
Hal
ini disebabkan karena gagal jantung.
g.
Nekrosis hati.
Nekrosis
periportal hati pada pre-eklampsia dan eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini
diduga khas untuk eklampsia tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama
penentuan enzim-enzimnya.
h.
Sindroma HELLP. Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low
platelet.
i.
Kelainan ginjal.
Kelainan
ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel
endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang
dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
j.
Kompliknsi lain.
Lidah
tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia
aspirasi, dan DIC (disseminata intra
vascular coogulation),Prematuritas, dismaturitas, dan
kematian janin intra-uterin.
F.
Pemeriksaan
penunjang
v Urin : Protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.
v Darah : Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan
bilirubin.
v USG
G.
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan eklampsi sama dengan pre-eklampsi berat dengan
tujuan utama menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan Ibu mengizinkan.
Prinsip penatalaksanaan eklampsi sama dengan pre-eklampsi berat dengan
tujuan utama menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan Ibu mengizinkan.
1.
Penderita eklampsi harus dirawat
inap di rumah sakit
2.
Saat membawa ibu ke rumah sakit,
berikan obat penenang untuk mencegah
kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau Luminal 200 mg atau Morfin l0 mg.
kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau Luminal 200 mg atau Morfin l0 mg.
Tujuan
perawatan rumah sakit adalah :
v Menghentikan
konvulsi
v Mengurangi
vasospasmus
v Meningkatkan
dieresis
v Mencegah
infeksi
v Memberikan
pengobatan yang tepat dan cepat
v Terminasi
kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang terakhir dengan tidak
memperhitungkan tuanya kehamilan.
3.
Sesampai di rumah sakit pertolongan
pertama adalah:
v Membersihkan
dan melapangkan jalan pernafasan
v Menghindarkan
lidah tergigit
v Pemberian oksigen
v Pemasangan
infus dektrosa atau glukosa 10% - 20%-40%
v Menjaga
jangan terlalu trauma
v Pemasangan
kateter tetap (dauer catheter)
4.
Observasi ketat penderita :
v Dalam
karnar isolasi : tenang,lampu redup-tidak terang, jauh dari kebisingan dan
rangsangan.
v Dibuat
daftar catatan yang dicatat selama 30 menit : tensi, nadi, respirasi, suhu
badan, refleks, dan diuresis
diukur. Juga catat kesadaran dan jumlah kejang.
v Pemberian
cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis,pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
v Diperiksa
kadar protein urine 24 jam kuantitatif.
BAB II
I.
PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
a.
Data
subyektif :
v Umur biasanya sering terjadi pada
primi gravida , ≥ 35
tahun
v Riwayat kesehatan ibu sekarang :
terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah,
penglihatan kabur
v Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit
ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM.
v Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan
ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia
atau eklamsia sebelumnya.
v Faktor risiko
v Pola nutrisi : jenis makanan yang
dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
v Psikososial spiritual : Emosi yang
tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril
untuk menghadapi resikonya
b.
Data
Obyektif :
v Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
v Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
v Auskultasi : mendengarkan
DJJ untuk mengetahui adanya vital distress.
v Perkusi : untuk mengetahui refleks
patella sebagai syarat pemberian SM
( jika refleks + )
v Observasi edema: distribusi, derajat & pitting edema
v Edema dependen (edema bagian bawah/bagian tubuh yang
dependen).
v Edema pitting (lekukan kecil akibat tekanan pada bagian
yang edema, menetap 10 – 30 menit).
v Refleks Tendon Profunda (RTP)
v Tanda vital yang diukur dalam posisi
terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
v Laboratorium : protein uri dengan
kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2
pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,serum
kreatini meningkat, uriea acid biasanya > 7 mg/100 ml,Hb,Trombosis,enzim hati, glukosa
v Berat badan : peningkatannya lebih
dari 1 kg/minggu
v Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya
kelainan pada otak
v USG : untuk mengetahui keadaan janin
v NST : untuk mengetahui kesejahteraan
janin
II.
Diagnosa Keperawatan yang munkin muncul
1.
Perubahan perfusi jaringan/organ berhubungan dengan hipertensi,vasospasme siklik,
edema serebral, perdarahan.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek pengobatan, edema paru.
3.
Penurunan Curah jantung berhubungan dengan
terapi anti hipertensi, proses penyakit.
4.
Resiko
terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(
vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
5.
Cemas berhubungan dengan Koping individu/ keluarga tidak efektif.
6.
Risiko injuri berhubungan dengan iritabilitas SSP
III.
Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Hipertensi
Eklampsia Pada Kehamilan
1.
Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi,vasospasme siklik,edema
serebral,perdarahan.
Tujuan :
Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi :
v Kaji
adanya perubahan tanda-tanda vital.
Rasional
: Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi
v Kaji
daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional
: Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi jaringan
v Catat adanya penurunan haluaran Urin <400 ml/24 jam, laporkan jika proteinuria ≥ +2 atau
pengeluaran urin berkurang(≤250ml/ 8jam)
Rasional
: Pengeluaran urin normal lebih dari 40ml/jam.
v Berikan
kenyamanan dan istirahat
Rasional
: Kenyamanan fisik memperbaiki
kesejahteraan pasien istirahat mengurangi komsumsi oksigen
2.
Penurunan
curah jantung berhubungan dengan terapi hipertensi,proses penyakit.
Tujuan :
Mempertahankan curah Jantung yang maksimal
Intervensi
:
v Observasi
tanda-tanda vital.
Rasional
: Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tindakan selanjutnya
v Berikan
O2 sesuai anjuran
Rasional
: Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
v Berikan
kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan
individual
Rasional
: Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi
kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen miokard
v Hindari makanan tinggi garam
Rasional : Mengurangi risiko peningkatan tekanan darah
v Kolaboratif: antihipertensi
Rasional : Menurunkan risiko gagal ventrikel kiri &
perdarahan otak.
3.
Resiko
terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
Intervensi :
Intervensi :
v Monitor tekanan darah tiap 4 jam
Rasional : bila ada peningkatan TD merupakan indikasi terjadinya kejang
v Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah
otak.
v Kaji adanya tanda-tanda eklampsia (
hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri
epigastrium dan oliguria ).
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada
otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
v Monitor adanya tanda-tanda dan gejala
persalinan atau adanya kontraksi uterus.
Rasional : Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan
v Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian anti hipertensi dan SM
Rasional : Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang
4.
Cemas berhubungan
dengan koping yang tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang
Intervensi :
v
Kaji
tingkat kecemasan ibu
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
v
Jelaskan
mekanisme proses persalinan
Rasional : Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang maladaptive
v
Tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang
dimiliki ibu efektif
v
Beri
support system pada ibu
Rasional : ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang
sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati.
DAFTAR PUSTAKA
Noer Syaifoellah,1996,Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta
Mansjoer Arif,2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid
1 Media Aesculapius,FKUI,Jakarta
Suzanne C. Brenda G.2001,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta
Tjokonegoro Arjatmo,1996, Buku ajar kardiologi,FKUI,Jakarta
Sumber : Http/www.co.cc/2009/07/askep-per-eklampsia.html