Rabu, 31 Oktober 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS HIPERTENSI EKLAMPSIA


BAB I
A.    Pengertian
Hipertensi adalah Kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg/lebih atau kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg diatas tekanan dasar. Peningkatan MAP > 20 mmHg/ jika tekanan darah sebelumnya tidak diketahui, MAP sebesar 105 mmHg.
Eklampsia yaitu terjadinya konvulsi atau koma pada klien disertai tanda dan gejala preeklampsia, Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neurologis.
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Diketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang diikuti oleh koma.
Pada penderita pre-eklampsi berat timbul konvulsi bisa diikuti oleh koma.
Menurut saat timbulnya dibagi dalam :
a.       Eklampsia gravidarum (50%)
b.      Eklampsia parturientum (40%)
c.       Eklampsia puerperium( 10%)

B.     Etiologi
Sampai saat ini, etiologi pasti dari eklampsia belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
v  Peran Prostasiklin dan Tromboksan
v  Peran faktor imunologis
v  Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsi.
v  Peran faktor genetik /familial
v  Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
v  Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)

C.    Pathofisiologi
             Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin disebabkan oleh retensi air dan garam,proteinuria mungkin disebabkan oleh spasmus Arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
1.      Perubahan pada otak
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2.       Perubahan pada rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan meningkat maka terjadilah partus prematurus.
3.      Perubahan ada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.

4.      Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh edema paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspires pnemonia. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
5.      Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Pada eklampsi dapat terjadi ablasio retina disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat yang merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat menunjukkan arah atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi adalah adanya: skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
6.      Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik sementara asam laktat dan asam organik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk bikarbonat natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat kembali pulih normal.

D.    Manifestasi Klinis Eklampsia
Pada umumnya kekejangan didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,mual, nyeri epigastrium,hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejang terutama pada persalinan.
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat :
1.      Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan kanan atau kiri yang berlangsung kira-kira 30 detik.
2.      Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku,wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pemafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3.       Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang kronik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
4.      Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran (koma) terjadi beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya wanita tetap dalam keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40°C.
Komplikasi saat serangan adalah :
v  Lidah tergigit
v  Terjadi perlukaan dan fraktur
v  Gangguan pernafasan
v  Perdarahan otak
v  Solutio plasenta
v  Merangsang persalinan

E.     Komplikasi Eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.
a.       Solusio plasenta.
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia.
b.      Hipofibrirngenemia
c.       Hemolisis.
Penderita dengan pre-eklampsi berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
d.      Perdarahan otak.
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
e.       Kelainan mata.
 Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina hal ini merupakan tanda gawat
 akan terjadinya apopleksia serebri.
f.       Edema paru-paru.
Hal ini disebabkan karena gagal jantung.
g.      Nekrosis hati.
Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia dan eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
h.      Sindroma HELLP. Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
i.        Kelainan ginjal.
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
j.        Kompliknsi lain.
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminata intra vascular coogulation),Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra-uterin.

F.     Pemeriksaan penunjang
v  Urin     : Protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.
v  Darah  : Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin.
v  USG

G.    Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan eklampsi sama dengan pre-eklampsi berat dengan
tujuan utama menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamila
n secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan Ibu mengizinkan.
1.      Penderita eklampsi harus dirawat inap di rumah sakit
2.      Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah
kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau Luminal
200 mg atau Morfin l0 mg.
Tujuan perawatan rumah sakit adalah :
v  Menghentikan konvulsi
v  Mengurangi vasospasmus
v  Meningkatkan dieresis
v  Mencegah infeksi
v  Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
v  Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang terakhir dengan tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.
3.      Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
v  Membersihkan dan melapangkan jalan pernafasan
v  Menghindarkan lidah tergigit
v  Pemberian oksigen
v  Pemasangan infus dektrosa atau glukosa 10% - 20%-40%
v  Menjaga jangan terlalu trauma
v  Pemasangan kateter tetap (dauer catheter)
4.       Observasi ketat penderita :
v  Dalam karnar isolasi : tenang,lampu redup-tidak terang, jauh dari kebisingan dan rangsangan.
v  Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit : tensi, nadi, respirasi, suhu badan, refleks, dan diuresis diukur. Juga catat kesadaran dan jumlah kejang.
v  Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis,pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
v  Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif.


BAB II
I.                   PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
a.       Data subyektif :
v  Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , ≥ 35 tahun
v  Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
v  Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
v  Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
v  Faktor risiko
v  Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
v  Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b.      Data Obyektif :
v  Inspeksi     : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
v  Palpasi       : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
v  Auskultasi  : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya vital distress.
v  Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
( jika refleks + )
v  Observasi edema: distribusi, derajat & pitting edema
v  Edema dependen (edema bagian bawah/bagian tubuh yang dependen).
v  Edema pitting (lekukan kecil akibat tekanan pada bagian yang edema, menetap 10 – 30 menit).
v  Refleks Tendon Profunda (RTP)
v  Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
v  Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,serum kreatini meningkat, uriea acid biasanya > 7 mg/100 ml,Hb,Trombosis,enzim hati, glukosa
v  Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
v  Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
v  USG : untuk mengetahui keadaan janin
v  NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

II.                Diagnosa Keperawatan yang munkin muncul
1.      Perubahan perfusi jaringan/organ berhubungan dengan hipertensi,vasospasme siklik, edema serebral, perdarahan.
2.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek pengobatan, edema paru.
3.      Penurunan Curah jantung  berhubungan dengan terapi anti hipertensi, proses penyakit.
4.      Resiko terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
5.      Cemas berhubungan dengan Koping individu/ keluarga tidak efektif.
6.      Risiko injuri berhubungan dengan  iritabilitas SSP

III.             Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Hipertensi Eklampsia Pada Kehamilan
1.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi,vasospasme siklik,edema serebral,perdarahan.
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
 Intervensi :
v  Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.
Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi
v  Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi jaringan
v  Catat  adanya penurunan haluaran Urin <400 ml/24 jam, laporkan jika proteinuria ≥ +2 atau pengeluaran urin berkurang(≤250ml/ 8jam)
Rasional : Pengeluaran urin normal lebih dari 40ml/jam.
v  Berikan kenyamanan dan istirahat
Rasional :  Kenyamanan fisik memperbaiki kesejahteraan pasien istirahat mengurangi komsumsi oksigen

2.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan terapi hipertensi,proses penyakit.
Tujuan : Mempertahankan curah Jantung yang maksimal
Intervensi :
v  Observasi tanda-tanda vital.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien dalam menentukan tindakan selanjutnya
v  Berikan O2 sesuai anjuran
Rasional : Terapi oksigen meningkatkan suplai oksigen ke jantung
v  Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien dengan memberikan asuhan keperawatan individual
Rasional : Kenyamanan fisik akan memperbaiki kesejahteraan pasien dan mengurangi kecemasan,istirahat mengurangi komsumsi oksigen miokard
v  Hindari makanan tinggi garam
Rasional : Mengurangi risiko peningkatan tekanan darah
v  Kolaboratif: antihipertensi
Rasional : Menurunkan risiko gagal ventrikel kiri & perdarahan otak.

3.      Resiko terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu

Intervensi :
v  Monitor tekanan darah tiap 4 jam
Rasional : bila ada peningkatan TD merupakan indikasi terjadinya kejang
v  Catat tingkat kesadaran pasien
Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak.
v  Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria ).
Rasional : Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang
v  Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus.
Rasional : Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
v  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
Rasional : Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya kejang

4.      Cemas  berhubungan dengan koping yang tidak efektif

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang 
Intervensi :
v  Kaji tingkat kecemasan ibu
Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
v  Jelaskan mekanisme proses persalinan
Rasional : Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang maladaptive
v  Tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
v  Beri support system pada ibu
Rasional : ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati.


DAFTAR PUSTAKA


Noer Syaifoellah,1996,Ilmu Penyakit Dalam,FKUI,Jakarta

Mansjoer Arif,2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media Aesculapius,FKUI,Jakarta

Suzanne C. Brenda G.2001,Keperawatan Medikal Bedah,EGC,Jakarta

Tjokonegoro Arjatmo,1996, Buku ajar kardiologi,FKUI,Jakarta

Sumber : Http/www.co.cc/2009/07/askep-per-eklampsia.html